Disusun oleh Nurazijah
Masa remaja merupakan masa pencarian identitas atau jati diri dan mengalami kebingungan identitas. Dalam masa itu remaja dihadapkan untuk mencari tahu tentang identitas dirinya dan bagaimana tentang dirinya. Pada masa ini remaja juga mengembangkan identitas dirinya di lingkungan sekitarnya melalui sikap sosial.
Menurut Rita Eka Izzaty, dkk, (2008: 141) mengungkapkan bahwa perkembangan sikap sosial pada remaja itu setidaknya ada dua sikap sosial yakni sikap konformitas dan sikap heteroseksual. Sikap konformitas merupakan sikap ke arah penyamaan kelompok, sifat ini dapat mendorong remaja untuk bersifat positif (misalnya, berpakaiaan rapi seperti teman yang lain, dan menghabiskan waktunya dengan anggota lain untuk kegiatan-kegiatan social yang baik) dan sifat negatif (misalnya, pengrusakan, mencuri, dan melakukan hal yang aneh-aneh bila dilihat oleh orang tua atau guru). Tetapi sebagian besar sikap konformitas pada remaja menunjukkan prilaku yang positif. Berdasarkan sikap konformitas remaja, mereka mempunyai tujuan untuk dapat menyatu dengan kelompoknya, dapat mengekspresikan sikap individualnya dan kelompok remaja dapat menunjukkan bahwa kelompok mereka terpisah dengan kelompok orang dewasa.
Bidang heteroseksual merupakan hal yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku seksual yang terjadi pada remaja. Pada masa remaja mengalami perkembangan dari tidak menyukai lawan jenisnya, sampai menyukai lawan jenisnya, hal ini mengakibatkan kegiatan antar remaja menjadi meningkat. Mereka mempunyai kesempatan dalam kegiatan social yang semakin luas, dan dalam memilih kelompok remaja akan dapat menilai teman dengan lebih baik, sehingga penyesuaiannya diberbagai situasi sosial juga menjadi lebih baik. Dalam hal ini kemampuan sosial yang dapat meningkatkan kepercayaan diri pada remaja mengalami perkembangan yang lebih baik. Berdasarkan sikap hubungan heteroseksual ada empat tujuan yang dicapai oleh remaja (Rita Eka Izzaty, 2008: 142), yaitu: pertama, remaja dapat belajar berinteraksi dengan lawan jenis, dimana akan mempermudah perkembangan social mereka terutama dalam menyiapkan perkawinan dalam kehidupan keluarga. Kedua, remaja dapat melatih diri untuk menjadi mandiri, yang diperoleh dari berbagai kegiatan sosial. Ketiga, remaja akan mendapatkan status tersendiri dalam kelompok. Dan yang keempat, remaja dapat belajar memilih teman.
Dalam suatu kelompok remaja terdapat nilai-nilai yang digunakan sebagai dasar untuk penerimaan atau penolakan dalam kelompok. Nilai-nilai itu berdasarkan pada sekumpulan sifat dan bentuk perilaku yang disenangi dan tidak disenangi oleh remaja dan dapat menambah gengsi pada kelompok. Menurut Hurlock (1991), kondisi-kondisi yang menyebabkan remaja diterima atau ditolak adalah sebagai berikut.
Diterima (Sindroma Penerimaan)
• Kesan pertama yang menyenangkan sebagai akibat dari penampilan yang menariangk perhatian, sikap yang tenang dan gembira.
• Memiliki reputasi sebagai orang yang sportif dan menyenangkan.
• Penampilan diri yang sesuai dengan penampilan teman-teman sebaya.
• Perilaku sosial yang ditandai oleh kerjasama, tanggungjawab, panjang akal, kesenangan bersama orang lain, bijaksana serta berlaku sopan.
• Matang, terutama dalam hal pengendalian emosi serta kemauan untuk mengikuti peraturan peraturan kelompok.
• Memiliki sifat kepribadian yang menimbulkan penyesuaian sosial yang baik seperti sifst-sifat jujur, setia, tidak mementingkan diri sendiri dan terbuka.
• Status sosial ekonomi yang sama atau sedikit di atas anggota-anggota lainnya dalam kelompoknya dan hubungan yang baik dengan anggota-anggota keluarga.
• Tempat tinggal yang dekat dengan kelompok sehingga mempermudah hubungan dan partisipasi dalm berbagai kegiatan kelompok.
Ditolak (Sistem Alienasi)
• Kesan pertama yang kurang baik karena penampilan diri yang kurang menatik atau sikap menjauhkan diri, yang mementingkan diri sendiri.
• Terkenal sebagai orang yang tidak sportif, penampilan yang tidak sesuai dengan standar dengan kelompok dalam hal daya tarik fisik atau tentang kerapian.
• Prilaku social yang ditandai oleh perilaku menonjolkan diri, mengganggu dan menggertak orang lain, senang memerintah, tidak dapat bekerja sama dan kurang bijaksana.
• Kurang kematangan, terutama kelibatan dalam hal pengendalian emosi, ketenangan, kepercayaan diri dan kebijaksanaan.
• Sifat-sifat kepribadian yang mengganggu orang lain seperti mementingkan diri sendiri, keras kepala, gelisah, dan mudah marah.
• Status sosioekonomis berada di bawah status sosioekonomis kelompok dan hubungan yang buruk dengan anggota-anggota keluarga.
• Tempat tinggal yang terpencil dari kelompok atau ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kelompok karena tanggungjawab keluarga atau bekerja sambilan.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B. Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta; Erlangga.
Rita Eka Izzaty, dkk. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta; UNY Press.
Kamis, 08 April 2010
SIKAP SOSIAL DAN KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN PENERIMAAN ATAU PENOLAKAN SOSIAL PADA REMAJA
Diposting oleh psikologi pendidikan di 18.11
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Comment ach.. hehheheheehe
Posting Komentar